In Frame : Riko Dwi Masetya. Loc Bintan, Kepri. |
Kepulauan Riau merupakan destinasi wishlist saya dari semenjak SMA. Yang membuat saya sangat penasaran ingin berkunjung kesana karena mendengar kisah sahabat saya yang kampung halamannya disana, tepatnya di Pulau Bintan. Dari cerita sahabat saya, lokasi disana masih bagus, belum banyak tercemar polusi dan jarak antara rumah beliau ke pantai atau ke laut cukup dekat. Saya sebagai orang bogor yang setiap hari pemandangannya cuma gunung, sangat kegirangan mendengar cerita sahabat saya. Dengan mata berkaca-kaca saya berujar kepada beliau, "ko, please ajak gue kesana suatu saat!". Dan dia menjawab, "Pasti!, nanti gua sekalian ajak lu jalan ke singapore" (karena jarak ke singapura cukup dekat menggunakan kapal ferry)
Mesti nunggu sepuluh tahun buat bisa benar-benar berangkat ke Pulau Bintan. Karena kesempatan berkunjung kesana tiba di tahun 2017 ini, yaitu ketika si sahabat ada keperluan pulang ke Bintan untuk mengurusi persiapan pernikahannya di Bogor nanti. Kebetulan pula tahun 2017 ini saya sudah bisa ambil cuti yang cukup panjang dari kantor (nasib kontrak kerja).
Pada mulanya saya mengusulkan berangkat menuju Bintan menggunakan jalur laut via Pelabuhan Tanjung Priok, dan pulangnya menggunakan pesawat. Jujur saja, kedua moda transportasi tersebut benar-benar baru buat saya. Saya belum pernah naik pesawat sama sekali, apalagi kapal laut jarak jauh, hehehe... (norak ya!).
The day has come, 10 May 2017 akhirnya kami berangkat ke Bintan, bukan naik kapal laut seperti permintaan saya, melainkan naik pesawat, pertimbangannya jadwal kapal yang tidak sebanyak jadwal pesawat, dan waktu tempuh kapal jauh lebih lama dari pada menggunakan pesawat yang hanya memakan waktu sekitar 1 jam 30 menit. Maskapai yang kami gunakan saat itu Sriwijaya Air, take off jam 18:00 dari CGK, Alhamdulillah tiba di Bandara Raja Haji Fisabilillah Tanjung Pinang pukul 19.30 dengan selamat, meskipun landingnya kurang mulus (hard landing), itu menurut sahabat saya, soalnya setiap bulan beliau sering dinas ke luar kota/propinsi menggunakan pesawat, jadi sudah bisa membandingkan. Bahkan beliau bilang "ini landing paling parah selama gua naik pesawat, gila mantul dua kali!", saya cuma bisa senyum grogi menanggapinya.
Patung Relief Antam. Bintan Timur. Doc Pribadi. |
Keluar bandara kami dijemput paman sahabat saya menuju ke rumah bibi nya untuk istirahat disana semalam, kalo tidak salah nama daerah nya Dompak. First impression saya menginjakan kaki di Pulau Bintan, suasananya masih terkesan sepi namun tentram, masih banyak lahan kosong disepanjang kanan kiri perjalanan saya menuju Dompak. Pikir saya wilayah daerah sini pasti rawan begal, ternyata saya salah, meski wilayahnya sepi namun cukup aman, contohnya motor pemilik rumah yang saya singgahi selalu disimpan diluar setiap hari setiap malam, tidak cuma beliau, tapi masyarakat sekitarnya pun sama. Kalo di Bogor sudah raib dalam semalam ini dah!, haha...
Salah Satu Sudut Kota Tj Pinang. Doc Pribadi. |
Yang saya sukai dari Pulau Bintan adalah culture melayu nya yang masih sangat kental, masyarakatnya jujur & ramah, wilayah nya cukup bersih mulai dari pelosok hingga ke kota, lalu jalanan nya mulus banget, sepertinya akses jalan raya benar-benar diperhatikan oleh pemerintah disana, jarang sekali saya temui jalanan rusak, rata-rata mulus semulus pipi raisa, eh!?. Oh ia suatu hal yang sangat menarik lagi dan paling utama apalagi kalo bukan tempat wisata dan kulinernya yang sedap. Next artikel akan saya jelaskan kembali pengalaman saya berwisata disana. Semoga ada kesempatan berkunjung lagi kelak ke Kepulauan Riau karena ternyata masih banyak spot wisata yang belum saya kunjungi. See ya!.